Selasa, 01 April 2014

Sejarah Pesawat CN-235

Dunia dirgantara Indonesia kembali dilirik berkat pesawat CN-235. Pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia diharapkan bisa menjadi motor pembuatan pesawat dalam negeri. Apalagi, pesawat CN-235 sudah mendunia dan dibeli berbagai negara, antara lain Korea Selatan dan Spanyol.
CN-235 merupakan pesawat angkut turboprop bermesin dua, yang masuk kategori kelas menengah. Pesawat turboprop merupakan pesawat terbang dengan turbin gas yang terhubung ke baling-baling, untuk menggerakkan pesawat.
 Memiliki nama sandi Tetuko (nama lain Gatotkaca), CN-235 merupakan pesawat hasil kerja sama Industri Pesawat Terbang Nusantara (cikal bakal PT DI) dengan CASA dari Spanyol. Pesawat ini sebenarnya tak lagi berusia muda. Sebab, CN-235 telah melakukan terbang perdana sejak 30 Desember 1983, kemudian diperkenalkan pada 1 Maret 1988 oleh Merpati Nusantara.
Varian pertama yang dibuat adalah CN-235-10, yang menggunakan mesin               GE CT7-7A. Pesawat ini pun kemudian memiliki sejumlah variasi. Antara lain CN 235-330 Phoenix yang digunakan Angkatan Udara Australia dan CN-235-100 yang digunakan Angkatan Udara Spanyol.
Secara umum, spesifikasi yang dikenal adalah CN-235-100/110, yang memiliki kapasitas 45 penumpang dan 2 kursi pilot. Pesawat ini memiliki dimensi panjang 21,4 meter, bentang sayap 25,81 meter, tinggi 8,18 meter, dan area sayap 59.1 meter persegi. Beratnya mencapai 9.800 kg dalam keadaan kosong, dan 15.500 dalam keadaan isi. Dengan menggunakan dua mesin tenaga penggerak GE CT79C turboprop, dengan masing-masing 1,395 kW, pesawat ini mampu menempuh kecepatan maksimum 509 km per jam. Jarak yang mampu ditempuh sekitar 796 km.
Pesawat ini sering digunakan sebagai pesawat angkut. Wakil Ketua Komisi I DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Tubagus Hasanuddin, mengatakan CN-235 juga kerap digunakan untuk mengangkut pasukan.
"Untuk mengangkut pasukan sampai 2 peleton. Bisa juga dipakai untuk menerjunkan pasukan. Pesawat serbaguna lah. Landasannya juga cukup pendek," ujarnya.

"CN-235 itu termasuk pesawat yang bandel. Setahu saya sampai sekarang baik di Spanyol maupun di Indonesia belum ada CN-235 yang jatuh," kata Tubagus, yang juga bekas Sekretaris Militer di era pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.

Ada lebih dari 70 kasus kecelakaan CASA-212 yang didokumentasikan oleh Aviation Safety Network sejak tahun 1990, umumnya disebabkan karena kesulitan bermanuver menghindari gunung atau jatuh karena mesinnya mati.
Beda dengan CN-235 dimana IPTN ikut urun rembug. Sayap CN-235 jauh lebih baik sehingga CN-235 lebih lincah bermanuver. Sayap ini juga meningkatkan performa STOL       ( short take off and Landing – lepas landas dan mendarat dengan landasan pendek ). Sehingga pada umumnya banyak pesawat yang rontok berjatuhan karena timbul lapisan es pada sayap .Umumnya, pesawat menggunakan system elektrik untuk mencairkan es pada permukaan pesawat, dan kadang system elektronik ini sering gagal. Sedangkan     CN-235 memiliki system pencair es pneumatik yang efektif. Jadi jarang sekali terjadi kebekuan pada sayap CN-235.

Ada banyak kelebihan pada CN-235, sehingga CN-235 dikembangkan menjadi pesawat HC-144 Ocean Sentry. Ocean Sentry penjadi tulang punggung Pasukan Pantai Pantai Amerika Serikat ( US Coast Guard ). Cuma yang mengembangkan CN-235 adalah CASA yang tergabungdalam European Aeronautic Defence and Space Company ( EADS Company)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar